Jika selama ini Anda sudah melakukan Pap smear dengan teratur, maka perlu tetap menjalaninya saat sedang hamil. Mengapa? Berikut penjelasannya dan mengapa tes ini tidak membahayakan kehamilan.
Apa Itu Tes Pap Smear?
Pap test atau yang biasa disebut Pap smear adalah sebuah tes saat dokter mengecek serviks untuk mengidentifikasi ketidaknormalan sel-sel di serviks. Pap smear juga bisa mengidentifikasi infeksi dan radang vaginal. Pada dasarnya, tes ini digunakan untuk menskrining kanker serviks.
Untuk melakukan tes Pap, dokter akan menggunakan sebuah spekulum: sebuah alat yang digunakan melalui vagina dan membantu dokter melihat serviks Anda. Setelahnya, menggunakan swab atau sikat lembut, dokter akan mengambil sejumlah sel dari serviks.
Prosedur ini memang membuat tidak nyaman, tapi tidak menimbulkan rasa sakit. Produser yang sama juga dilakukan saat Anda sedang hamil.
Mengapa Perlu Melakukan Pap Smear Saat Hamil?
Sama seperti sebelum hamil, tes Pap smear perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada sel-sel serviks yang bisa menyebabkan kanker jika tidak ditangani.
Pada dasarnya, tes ini membantu mendeteksi sel-sel abnormal dan jika ditemukan lebih dini, maka bisa ditangani secepat mungkin.
Pada saat yang bersamaan, dokter juga mungkin akan meminta Anda untuk melakukan tes penyakit menular seksual (STD), seperti chlamydia atau gonorrhea, yang bisa membahayakan bayi jika tidak diobati.
Kapan Pap Smear Perlu Dilakukan Saat Hamil?
Panduan dari American College of Obstetricians and Gynecologist merekomendasikan perempuan umur antara 21 dan 29 untuk menjalani Pap smear setiap tiga tahun sekali.
Sementara itu, perempuan berusia 30 hingga 65 sebaiknya melakukannya dan tes HPV setiap lima tahun, atau hanya tes Pap saja setiap tiga tahun.
Jika sebelumnya Anda mendapatkan hasil tes yang normal dari tes skrining serviks, atau tidak melakukannya dalam tiga hingga lima tahun terakhir, maka Anda perlu melakukannya saat hamil. Biasanya, tes ini dilakukan di kunjungan prenatal pertama (sebelum minggu ke-24), bersamaan dengan skrining dan tes darah lainnya. Atau sesuai dengan anjuran dokter.
Setelah bulan ke-6 dan hingga 12 minggu setelah kehamilan, Anda sebaiknya tidak melakukan Pap smear. Pasalnya, jika dilakukan di tiga bulan terakhir kehamilan akan menimbulkan ketidaknyamanan. Sementara jika dilakukan tidak lama setelah melahirkan, hasilnya tidak valid karena hadirnya sel-sel inflamatori.
Bagaimana Jika Hasil Tes Abnormal?
Pertama-tama, jangan khawatir karena ini bukan berarti Anda menderita kanker. Hasil tes memperlihatkan keabnormalan bisa karena iritasi, infeksi (seperti infeksi jamur), polip atau kista jinak.
Selain itu, perubahan hormonal yang biasa terjadi saat hamil jika bisa menjadi pemicu hasil yang abnormal pada sejumlah wanita.
Yang pasti, jika seorang perempuan hamil mendapatkan hasil yang abnormal setelah melakukan Pap smear, dokter akan merekomendasikan tes lanjutan yang aman untuk ibu mengandung.
Opsi ini bisa berupa mengulangi tes Pap smear satu tahun setelahnya atau menjalani tes yang disebut kolposkopi. Dalam tes ini, sebuah instrumen pembesar berukuran kecil akan digunakan untuk mengamati serviks yang telah diolesi larutan cuka yang menyoroti area-area yang abnormal.
Kolposkopi biasanya dilakukan bersamaan dengan biopsi untuk mengambil sampel jaringan. Meski biopsi aman untuk perempuan hamil, tapi kemungkinan dokter akan memilih untuk melakukannya setelah Anda melahirkan.
Namun jika kolposkopi memperlihatkan abnormalitas, maka kemungkinan dokter akan menyarankan untuk melakukan biopsi awal di trimester kedua. Jika kanker serviks dideteksi saat melakukan kolposkopi, maka dokter akan mendiskusikan opsi-opsi yang aman untuk Anda dan kehamilan.
Perlu diketahui bahwa kanker serviks tumbuh dengan lambat dan biasanya tidak berkembang selama hamil atau memberikan dampak buruk pada kehamilan.
Bagaimana jika Anda terdeteksi mengidap sebuah penyakit menular seksual? Biasanya Anda akan menerima pengobatan (seperti mengonsumsi antibiotik) untuk melindungi ibu dan bayi.
Apakah Pap Test Membahayakan Kehamilan?
Jawabannya singkat: iya, aman melakukan Pap smear selama hamil.
Memang beredar anggapan bahwa Pap smear bisa menyebabkan keguguran atau masalah kehamilan lainnya. Namun, hal ini hanya mitos dan sama sekali tidak benar.
Sejumlah wanita memang mengalami bercak atau pendarahan ringan setelah menjalani Pap smear (mirip seperti setelah berhubungan seks atau pemeriksaan panggul). Namun ini bukanlah pertanda sebuah komplikasi serius. Melainkan, karena selama hamil, serviks menjadi lebih lembut dan bengkak, yang membuatnya sangat sensitif dan mudah teriritasi.
Pendarahan ringan ini biasanya berlangsung selama satu hingga dua hari dan kemudian warnanya akan berubah menjadi kecokelatan. Jika hal ini membuat Anda khawatir, jangan ragu untuk mengeceknya dengan dokter.
Mungkin memang Pap smear bukan sesuatu yang Anda ingin lakukan saat sedang hamil; memikirkan rasa tidak nyamannya saja membuat Anda berkeringat. Namun, skrining ini penting untuk ibu hamil untuk memastikan kehamilan dan bayi sehat hingga hari lahirnya tiba.
Sumber:
American College of Obstetricians and Gynecologists. 2018. Cervical Cancer Screening.
Women’s Health. 2021. What To Know About Getting A Pap Smear During Pregnancy.
Healthline. 2020. Everything You Should Know About When to Get a Pap Smear Test.
NTD Eurofins. 2020. What Is a Pap Test & What Can It Tell Me About My Pregnancy?
Web MD. 2020. Pap Smear.
What to Expect. 2021. Pap Smears During Pregnancy.