Haruskah Panik Saat Alami Keputihan Ketika Hamil?

Keputihan biasa terjadi pada perempuan. Namun, ketika hamil dan melihat cairan putih menempel di celana dalam, mungkin Bunda akan panik dan bertanya-tanya apakah keputihan merupakan sesuatu yang normal? Yuk, baca penjelasan lengkapnya berikut ini. 

Apa Itu Keputihan?

Bunda tidak perlu panik, karena mengalami keputihan saat dalam siklus menstruasi dan selama kehamilan adalah sesuatu yang normal. Keputihan adalah sebuah cara alami sel-sel di sekitar vagina dan serviks memperbaharui diri, yakni dengan mengeluarkan berbagai cairan dan sel-sel mati.

Selama masa awal kehamilan, frekuensi keputihan mungkin akan lebih sering terjadi. Salah satu komponen yang dikeluarkan oleh tubuh saat keputihan adalah lendir serviks. Meski namanya “serviks”, komponen ini tidak diproduksi oleh serviks, melainkan oleh kelenjar-kelenjar yang berlokasi di dekat serviks. 

Lendir serviks sendiri memiliki peranan penting dalam sistem reproduksi. Di fase tidak subur dalam siklus menstruasi, lendir ini menjadi kental dan lengket untuk mencegah infeksi. Sementara ketika Bunda sedang berovulasi, lendir ini menjadi lebih cair dan banyak, yang memampukan sperma berenang lebih mudah dan bertahan hidup. 

Mengapa Terjadi Keputihan Saat Hamil?

Sama seperti keputihan pada masa menstruasi, keputihan selama hamil pun juga berubah-ubah. Biasanya keputihan ini memiliki konsistensi tipis, berwarna putih susu atau tidak berwarna, dengan aroma sedang atau tidak beraroma sama sekali. Keputihan ini disebut leukorrhea.

Meski istilah ini sering dipakai untuk keputihan yang terjadi saat hamil, leukorrhea juga terjadi pada wanita yang sedang tidak hamil. Selama masa kehamilan, produksi leukorrhea meningkat karena terjadi peningkatan estrogen dan aliran ke area vagina. Meski begitu, peningkatan ini biasanya tidak terlihat hingga minggu ke delapan.

Dalam trimester pertama kehamilan, keputihan meningkat sebagai usaha tubuh untuk melepaskan sel-sel mati dan bakteri dari uterus dan vagina sehingga infeksi tidak terjadi. Dan semakin bertambah usia kehamilan, maka jumlah keputihan akan meningkat secara perlahan. 

Keputihan ini juga membantu membentuk mucus plug. Plug ini memblokir pembukaan serviks untuk mencegah infeksi pada uterus dan membahayakan bayi. 

Apa Makna Warna Cairan Saat Mengalami Keputihan?

Berikut beberapa warna lendir yang mungkin terjadi saat mengalami keputihan. 

Jernih atau Putih Susu

Warna ini menandakan bahwa leukorrhea yang terjadi dalam batas normal, bahkan jika cairan sedikit berbau. Akan tetapi, jika ada perubahan pada kuantitas dan konsistensi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Ini bisa menjadi pertanda persalinan prematur. 

Putih dan Kental

Keputihan dengan konsistensi seperti ini bisa mengindikasikan infeksi jamur. Gejala infeksi jamur adalah gatal, perasaan terbakar, dan sakit saat BAK (buang air kecil) atau melakukan hubungan intim. 

Hijau atau Kuning

Keputihan berwarna hijau atau kuning adalah sesuatu yang tidak normal dan bisa mengindikasikan sexually transmitted infection (STI), seperti chlamydia atau  trikomoniasis. Tanda-tanda lain STI adalah kemerahan atau iritasi di sekitar alat kelamin. Di sisi lain, STI juga sering tidak memperlihatkan gejala apa pun. 

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, STI bisa menyebabkan komplikasi selama hamil dan bisa memengaruhi anak dan ibu. Sering kali komplikasi ini tidak terlihat saat lahir, tapi STI bisa berdampak pada sistem saraf dan perkembangan anak. Pada perempuan, STI bisa menyebabkan infertilitas. 

Abu-Abu 

Keputihan dengan warna abu-abu bisa mengindikasikan infeksi vaginal yang disebut vaginosis bakteri (VB), terutama jika berbau amis dan aromanya semakin kencang setelah melakukan hubungan intim. Kondisi ini hasil dari ketidakseimbangan pH dalam vagina. 

Cokelat

Keputihan berwarna cokelat biasanya disebabkan campuran darah bisa merupakan pertanda radang leher rahim atau suatu tanda adanya kontraksi rahim.

Merah Muda

Keputihan dengan warna merah muda selama hamil bisa  juga berbahaya. Warna ini biasanya muncul selama masa awal kehamilan atau minggu-minggu terakhir saat tubuh mempersiapkan diri untuk melahirkan. Warna ini juga bisa muncul sebelum keguguran atau selama kehamilan ektopik (terjadi ketika telur yang dibuahi diimplan di luar uterus).

Penyebab lain keputihan berwarna merah muda adalah hubungan seksual dan infeksi vaginal.

Merah

Jika cairan yang keluar berwarna merah, Bunda sebaiknya segera mendatangi dokter, terutama jika pendarahannya terus-menerus, mengandung gumpalan, atau merasa kram dan sakit perut. Pasalnya, ini bisa menjadi pertanda keguguran atau kehamilan ektopik. 

Meski begitu, penyebab keputihan berwarna merah juga bisa jadi sesuatu yang tidak serius, terutama selama trimester pertama, yang disebabkan implantasi (embrio berimplantasi di lapisan rahim, sekitar 10 hari setelah pembuahan) atau infeksi. Studi menunjukkan bahwa antara 7 hingga 24 persen perempuan mengalami pendarahan di masa awal kehamilan. 

Kapan Harus Mendatangi Dokter?

Bunda harus menghubungi Dokter jika ada perubahan pada keputihan saat hamil. Terutama jika keputihan disertai dengan tanda-tanda berikut: 

  • Keputihan berbau amis atau aneh
  • Warnanya kehijauan, kuning, abu-abu, merah atau kental 
  • Gatal atau perih di sekitar vagina
  • Terasa sakit saat buang air kecil 
  • Nyeri saat melakukan hubungan seksual 

Jika lendir keputihan sangat cair dan terlihat berlebihan, ini bisa jadi cairan ketuban (atau bahkan urine). Oleh karena keluarnya cairan ketuban bisa menjadi pertanda persalinan prematur, segera konsultasi kepada dokter. 

Bagaimana Mengatasi Keputihan Saat Hamil?

Seperti yang sudah disebutkan di atas, peningkatan jumlah keputihan selama masa kehamilan adalah sesuatu yang normal. Namun, bau dan warna yang tidak bisa menandakan infeksi. Dan tanpa diobati infeksi bisa menyebabkan komplikasi.

Biasanya, dokter akan memberikan resep berupa antibiotik atau obat lain untuk mengatasi infeksi yang terjadi. Selain itu, perempuan yang sedang hamil juga bisa melakukan beberapa hal berikut untuk menjaga kebersihan daerah vagina: 

  • Hindari douching (membersihkan vagina dengan produk pembersih yang mengandung sabun, antiseptik atau pewangi)
  • Mandi dan bersihkan diri secara regular.
  • Gunakan produk pembersih dan kewanitaan yang tidak mengandung pewangi (termasuk tisu dan sabun).
  • Gunakan panty liner tanpa pewangi untuk menyerap keputihan yang berlebihan.
  • Bersihkan daerah kewanitaan dari depan ke belakang setelah BAB (buang air besar) dan BAK.
  • Keringkan daerah kewanitaan dengan menyeluruh setelah mandi, berenang atau olahraga.
  • Gunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun.
  • Hindari menggunakan jeans ketat atau stoking nilon, yang bisa meningkatkan risiko infeksi.
  • Konsumsi makanan sehat dan hindari makanan yang mengandung banyak gula, yang bisa meningkatkan risiko infeksi.
  • Konsumsi makanan-makanan probiotik (yoghurt dan makanan fermentasi) dan suplemen yang aman untuk perempuan hamil, yang bisa mencegah ketidakseimbangan bakteri di area vaginal.

Sumber: 

  • Verywell Family, 2020. How Vaginal Discharge Changes During Pregnancy.
  • American Pregnancy, 2017. Vaginal Discharge During Pregnancy. Medical News Today, 2020. What do different colors of discharge mean in pregnancy.
  • What to Expect, 2020. Vaginal Discharge During Pregnancy (Leukorrhea).
  • Healthline, 2017. Vaginal Discharge During Pregnancy: What’s Normal?
  • NHS, 2018. Vaginal discharge in pregnancy.
  • WebMD. Pregnancy Discharge: Color and Texture Changes.

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *