Berbahayakah Jika Minum Kafein saat Menyusui?

minum kafein saat menyusui

Tak hanya ibu hamil, minum kafein saat menyusui pun sebaiknya diperhatikan. Pasalnya, kafein yang dinikmati Bunda dapat juga diminum bayi lewat ASI. 

Banyak ibu yang tidak menyadari bahwa minum kafein saat menyusui dapat membawa efek bagi kesehatan bayi. Karena itu, walau diperbolehkan mengonsumsi kafein, ikuti batasan konsumsinya bagi ibu menyusui.

Batasan Konsumsi Kafein pada Ibu Hamil dan Menyusui

minum kafein saat menyusui

Bunda mungkin sudah tak sabar untuk bisa segera ngopi, minum teh, dan mengonsumsi minuman kafein lainnya begitu proses melahirkan selesai.

Namun Bunda harus sabar dulu hingga beberapa bulan ke depan, karena minum kafein saat menyusui masih dibatasi. 

Bayi baru lahir membutuhkan waktu yang lama untuk mencerna kafein. Untuk mencapai waktu paruh saja bayi membutuhkan waktu lebih dari 2 hari.

Namun saat bayi berusia 3-5 bulan, waktu yang dibutuhkan untuk mencerna kafein semakin singkat, bayi hanya butuh 3-7 jam untuk mencapai waktu paruh mencerna, mirip dengan orang dewasa.

Batasan konsumsi kafein yang aman pada ibu menyusui pada beberapa literatur dikatakan tidak lebih dari 300 mg kafein per hari.

Berikut ini beberapa minuman dan makanan berkafein plus jumlah kandungan kafeinnya yang dijual di pasaran untuk Bunda jadikan panduan. Selain itu, sebaiknya Bunda juga memerhatikan informasi nilai gizi untuk produk-produk dalam kemasan.

  • Kopi espresso: 145 mg/50 ml (satu shot)
  • Kopi takeaway: 51-332 mg/porsi
  • Kopi instan: 60-80 mg/250 ml (satu sendok teh)
  • Teh hitam: 47 mg/250 ml
  • Teh hijau: 28 mg/250 ml
  • Minuman soda mengandung kola: sampai 54 mg/375 ml
  • Cokelat susu: 20 mg/100 gr

Efek Bunda Minum Kafein saat Menyusui pada Bayi

Sekitar 1% dari kafein yang dikonsumsi oleh Bunda akan masuk ke dalam ASI, dan mencapai puncaknya dalam waktu satu jam.

Mungkin ini jumlah yang terasa kecil, namun bisa memberi efek yang besar ke bayi, terutama bayi baru lahir yang belum bisa mencerna dan mengeluarkan kafein dari tubuhnya dengan baik.

Ini bisa berakibat terjadinya penumpukan kafein di tubuh bayi baru lahir yang butuh waktu lama untuk dicerna dan dikeluarkan.

Cara yang tepat untuk mengetahui apakah Bunda terlalu banyak minum kafein saat menyusui adalah dengan memantau bayi.

Karena kafein merupakan stimulan, maka efeknya adalah bayi menjadi gelisah, hiperaktif, rewel, kolik, serta sulit tidur dan mudah terbangun dari tidur. 

Beberapa penelitian menunjukkan bayi yang gemetar, bahkan ada yang mirip kejang, akibat ibunya meminum kafein dalam kadar yang sangat tinggi, melebihi 500 mg dalam sehari. 

Konsumsi kafein yang berlebihan saat menyusui juga dapat menyebabkan penurunan kandungan zat besi pada ASI. 

Ibu menyusui yang terbiasa minum tiga cangkir kopi sehari saat hamil dan menyusui akan membuat jumlah zat besi di ASI berkurang sampai sepertiganya dibanding ibu menyusui yang tidak minum kopi. 

Ini akan menyebabkan rendahnya kandungan hemoglobin dan hematokrit pada ibu menyusui dan bayinya, memicu terjadinya anemia ringan pada bayi.

Anemia defisiensi besi merupakan kondisi yang umum ditemukan di negara-negara dengan konsumsi kopi yang tinggi.

Menyiasati Minum Kafein saat Menyusui

Faktanya, jumlah kafein yang terserap Bunda akan mencapai puncak setelah satu jam konsumsinya. Bunda dapat menyiasati hal ini dengan cara menyusui bayi sebelum mengonsumsi kafein. 

Lalu setelahnya, tunggu paling tidak tiga jam sebelum menyusui bayi. Dengan demikian, tubuh Bunda memiliki waktu yang cukup untuk memproses kafein dan mengurangi jumlah yang masuk ke dalam ASI.

Lebih disarankan agar Bunda membatasi minum kafein saat menyusui sesuai anjuran dokter. Atau bahkan berhenti konsumsi kafein dulu untuk sementara waktu sampai bayi usia 6 bulan. Dengan demikian, efek negatif konsumsi kafein pada bayi tidak akan terjadi. 

Sumber:

WebMD. 2021. Is Caffeine Safe for Breastfeeding?

NCBI. 2021. Caffeine.

Australia Breastfeeding Association. 2019. Breastfeeding and Maternal Caffeine Consumption.

What to Expect. 2020. Caffeine while Breastfeeding.

By dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp. GK

Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Konselor Laktasi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *