Ini Mengapa Bunda Mimisan Saat Hamil

mimisan saat hamil

Saat menjalani kehamilan, berbagai perubahan pada tubuh membuat Bunda mengalami banyak hal yang mungkin tidak pernah alami saat sebelum hamil. Salah satunya adalah mimisan. 

Sekitar satu dari lima ibu hamil mengalami mimisan, jadi jika Bunda mengalaminya, Bunda tak sendiri. Mimisan saat hamil memang terasa mengerikan, tapi umumnya tak menandakan terjadi sesuatu yang serius pada janin dan Bunda. 

Penyebab Terjadinya Mimisan saat Hamil 

mimisan saat hamil

Saat Bunda hamil, volume darah di dalam tubuh akan meningkat karena dibutuhkan untuk mensuplai oksigen dan nutrisi ke janin. Peningkatan volume darah ini cenderung menekan pembuluh-pembuluh darah dan membuatnya melebar. 

Pembuluh-pembuluh darah yang halus sering kali tak tahan dengan tekanan ini sehingga pecah, termasuk pembuluh-pembuluh darah halus di lapisan rongga hidung. Inilah yang berpotensi membuat Bunda mengalami mimisan saat hamil.  

Pelebaran pembuluh darah ini juga membuat hidung terasa tersumbat seperti saat sedang pilek.

Mungkin Bunda melakukan gerakan membuang ingus keras-keras untuk melegakan sumbatan, namun hal ini malah membuat pembuluh-pembuluh darah halus di rongga hidung menjadi pecah.

Umumnya, pembuluh darah yang pecah ada di bagian depan rongga hidung, sehingga perdarahannya sedikit dan mudah berhenti.

Namun jika ternyata pembuluh darah yang pecah ada di rongga hidung bagian belakang, maka pendarahan akan lebih banyak dan sulit dihentikan sehingga butuh penanganan yang serius.

Cara Mengatasi Mimisan saat Hamil

Lakukan langkah-langkah ini jika Bunda mengalami mimisan saat hamil:

  1. Ambil posisi berdiri atau duduk. Hindari posisi tidur karena kepala harus berada lebih tinggi dari jantung.
  2. Condongkan tubuh sedikit ke arah depan untuk menghentikan darah mengalir dari bagian belakang tenggorokan ke arah mulut.
  3. Jepit kedua lubang hidung di bagian yang lembut menggunakan ibu jari dan jari telunjuk dan pertahankan selama 10-15 menit.  Bernapaslah menggunakan mulut selama hidung dijepit.
  4. Untuk membantu pembuluh darah menyempit dan memperlambat mimisan, Bunda bisa mengompres bagian jembatan hidung dengan es atau menyemprotkan nasal spray (Afrin) sebelum mulai menjepit hidung.
  5. Jika saat jepit dibuka dan darah masih mengalir, maka ulangi lagi langkah-langkah ini selama 10-15 menit.
  6. Jika mimisan berhenti, maka Bunda harus menghindari melakukan gerakan membuang ingus, membungkuk, dan melakukan aktivitas berat selama 24 jam setelahnya. 

Bunda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter jika:

  • Mimisan tak berhenti setelah 30 menit.
  • Darah mimisan mengalir deras.
  • Bunda mengalami kesulitan bernapas.
  • Bunda merasa kliyengan dan mengalami disorientasi.
  • Bunda menelan banyak darah dan muntah.

Pencegahannya: Jaga Kelembapan Selaput Lendir Hidung

Mimisan saat hamil akan terjadi berulang-berulang selama kehamilan dan mungkin akan menjadi lebih buruk pada trimester tiga.

Walau kebanyakan mimisan tidak menandakan ada sesuatu yang serius terjadi pada janin dan Bunda, tapi tetap saja membuat khawatir sekaligus merasa tidak nyaman. 

Cara yang tepat untuk menghindari mimisan saat hamil adalah dengan menjaga kelembapan di bagian dapat rongga hidung untuk mencegah pembuluh darah halus di sana mudah pecah. 

Caranya adalah dengan mengoleskan saline nasal gel atau petroleum jelly ke kulit bagian dalam rongga hidung. Bunda bisa juga menggunakan humidifier untuk membuat udara di sekitar Bunda menjadi lebih lembap. 

Selain itu, pastikan Bunda minum air putih yang cukup sebanyak 2,5 liter per hari untuk membantu menjaga kelembapan lapisan rongga hidung.

Setelah melahirkan, kondisi Bunda akan kembali seperti sedia kala sehingga mimisan dan hidung tersumbat yang dialami saat hamil akan perlahan menghilang.

Sumber:

NCT UK. Nosebleed during Pregnancy.

BabyMed (2019). Nasal Congestion and Nosebleeds During Pregnancy.

UT Southwestern Medical Center (2020). What Causes Nosebleeds in Pregnancy, And Tips to Manage Them.

Pregnancy, Birth, & Baby (2020). Nosebleed during Pregnancy.

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *