Pengapuran Plasenta, Berbahayakah?

pengapuran plasenta

Beberapa waktu lalu beredar kabar dari salah satu selebriti Indonesia yang melahirkan bayi keduanya lebih cepat dari tanggal yang seharusnya, dengan kondisi terjadi pengapuran plasenta. Apa itu dan apakah berbahaya? Baca terus untuk tahu jawabannya. 

Apa Itu Pengapuran Plasenta?

pengapuran plasenta

Plasenta adalah bagian yang sangat penting dalam kehamilan, karena merupakan organ yang berkembang di dalam rahim selama masa kehamilan. 

Fungsi plasenta yang utama adalah memberi pasokan oksigen dan nutrisi kepada janin di dalam kandungan, serta membuang limbah atau kotoran dari darah bayi. Plasenta letaknya menempel pada dinding rahim dan tersambung kepada bayi dalam bentuk tali pusar.

Pengapuran plasenta atau calcified placenta adalah timbulnya penumpukan kalsium di dalam plasenta yang menyebabkan organ ini mengeras dan rusak perlahan-lahan. Proses ini sebenarnya terjadi secara alami, dengan semakin dekatnya Bunda dengan saat persalinan, yaitu pada trimester ketiga atau sekitar 36 minggu. 

Namun demikian, terkadang ada kondisi-kondisi yang menyebabkan pengapuran ini terjadi lebih cepat. Sehingga bila dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi pada Bunda maupun pada si Kecil. 

Pengapuran plasenta dapat terbagi menjadi empat tingkat berdasarkan usia kehamilan, yaitu:

  • Tingkat 0 (sebelum usia kehamilan 18 minggu).
  • Tingkat I (antara usia kehamilan 18-29 minggu).
  • Tingkat II (antara usia kehamilan 30-38 minggu).
  • Tingkat III (saat usia kehamilan mencapai 39 minggu atau lebih).

Kalsium yang menumpuk ini selanjutnya dapat membuat pembuluh darah mengeras dan tersumbat, sehingga aliran makanan, oksigen, dan pembuangan limbah menjadi terganggu.

Ciri-ciri pengapuran plasenta adalah adanya bercak putih yang tersebar dari dasar plasenta hingga ke permukaan. Timbunan kalsium itu dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG. Sehingga bagi Bunda yang rajin memeriksakan diri ke dokter, masalah ini bisa terlihat sejak awal.

Penyebab Pengapuran Plasenta

pengapuran plasenta

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ada beberapa faktor pemicu terbentuknya pengapuran plasenta, di antaranya:

  • Kebiasaan merokok.
  • Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi saat kehamilan.
  • Placenta abruption atau terlepasnya plasenta dari dinding uterus.
  • Ada infeksi bakteri di dalam plasenta.
  • Reaksi dari obat-obatan atau suplemen vitamin yang mengandung kalsium tinggi.

Selain itu, stres pada kehamilan juga disebut-sebut bisa menyebabkan pengapuran pada plasenta. 

Gejala dari Pengapuran Plasenta

Kondisi ini tidak dapat dirasakan oleh Bunda, namun bisa terlihat melalui pemeriksaan USG. Meski demikian, hal umum yang dicurigai berhubungan dengan pengapuran plasenta ini adalah bayi yang jarang bergerak di dalam kandungan, atau malah tiba-tiba berhenti bergerak, padahal sudah mendekati hari perkiraan lahir. 

Dalam beberapa laporan lain, disebutkan juga bahwa dalam kondisi pengapuran plasenta, bisa terjadi perdarahan melalui vagina, kontraksi rahim, juga rasa nyeri pada abdomen atau punggung bagian bawah. 

Bila Bunda merasa bahwa si Kecil tiba-tiba jarang bergerak atau sama sekali tidak melakukan gerakan meskipun Bunda sudah banyak beraktivitas ataupun ada situasi yang tidak normal, segeralah berkonsultasi kepada dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 

Apa Saja Komplikasi yang Mungkin Terjadi?

Karena terjadinya hambatan pada aliran oksigen dan nutrisi kepada janin, apalagi terjadi pada trimester kedua, pengapuran plasenta dapat menyebabkan berbagai komplikasi, di antaranya:

  • Kelahiran prematur
  • Berat badan lahir rendah
  • Angka Apgar rendah
  • Perdarahan pasca persalinan
  • Terlepasnya plasenta dari dinding uterus
  • Kondisi gawat janin
  • Kematian janin

Bila oleh dokter Bunda didiagnosis mengalami pengapuran plasenta, dokter biasanya akan segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keparahannya. Bila sudah dianggap gawat (tingkat III), maka Bunda akan dipersiapkan untuk segera bersalin melalui tindakan bedah Caesar. 

Apakah Pengapuran Plasenta Bisa Dicegah?

Ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah terjadinya pengapuran plasenta, di antaranya:

  • Hindari rokok, baik sebagai perokok aktif maupun sebagai perokok pasif. Paparan asapnya pun bisa memengaruhi kondisi kehamilan Bunda.
  • Rajin melakukan pemeriksaan kehamilan, terutama bila Bunda memiliki riwayat hipertensi kehamilan, diabetes, maupun anemia. 
  • Lakukan diet sehat kaya antioksidan untuk membantu mengurangi penumpukan kalsium pada plasenta. Kebutuhan kalsium harian ibu hamil adalah 1 gram (1000 mg) untuk menghindari beberapa penyakit dalam kehamilan, contohnya preeklampsia. Tipikal orang Indonesia mendapatkan asupan kalsium dari makanan sehari hanya berkisar 300 mg, untuk sisanya dapat ditambahkan susu. Satu gelas susu sapi setara 300 mg, suplemen lainnya seperti suplemen kalsium dapat juga digunakan sesuai anjuran dokter. Pengapuran plasenta tidak ada hubungannya dengan konsumsi kalsium.

Bunda, selama melakukan pemeriksaan secara rutin, maka kondisi pengapuran plasenta akan dapat terpantau oleh dokter. Selalu terapkan hidup sehat dan jauhi asap rokok demi kehamilan tetap sehat.

Sumber:

Flo. 2021. Calcified Placenta in Pregnancy: Everything You Should Know.

Firstcry Parenting. 2019. Calcification of Placenta in Pregnancy.

Mother and Baby. 2019. Bumil, Jangan Anggap Remeh Pengapuran Plasenta. 

Alodokter. 2019. Kenali Pengapuran Plasenta pada Masa Kehamilan.

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *