Begini Proses Rahim Kembali ke Kondisi Awal Setelah Lahiran

Pada masa pascapersalinan (postpartum), organ-organ reproduksi di tubuh Bunda akan perlahan kembali ke kondisi sebelum hamil. Salah satunya adalah rahim, yang prosesnya dikenal dengan istilah involusi uterus. Involusi uterus adalah proses rahim yang kembali mengecil seperti kondisinya sebelum terjadi kehamilan. 

Apa yang Terjadi saat Involusi Uterus?

involusi uterus

Sejak melahirkan sampai beberapa hari setelahnya, Bunda mungkin akan mengalami rasa nyeri dan kram perut dengan frekuensi yang cukup sering. Jika kehamilan ini bukan anak pertama, rasa nyeri dan kram perut ini intensitasnya akan cukup tinggi.

Rasa nyeri dan kram ini merupakan pertanda bahwa involusi uterus sedang terjadi. Awal terjadinya involusi uterus adalah pada fase ketiga melahirkan saat plasenta keluar. 

Saat itu, walau proses melahirkan telah selesai, otot-otot rahim akan terus berkontraksi untuk mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan. 

Kontraksi ini juga membuat rahim dan otot-ototnya menjadi lebih kencang, kuat, dan ukurannya perlahan menyusut. Ukuran rahim biasanya akan menyusut sebanyak satu sentimeter per hari sampai hari ke-12 setelah melahirkan.

Berat dan volume rahim pun akan sangat berkurang. Setelah melahirkan, rahim biasanya memiliki berat satu kilogram dengan volume 5-10 liter. 

Selama enam minggu proses involusi uterus, rahim akan terus mengecil dari satu kilogram menjadi 500 gram. Berat dan volume rahim pada akhir involusi uterus adalah sekitar 50-60 gram dengan volume 3-5 milliliter. 

Rasa Nyeri dan Kram Perut Akibat Involusi Uterus

involusi uterus

Pada 2-3 hari setelah melahirkan, rasa nyeri dan kram perut yang Bunda alami akibat involusi uterus ini akan berlangsung lebih sering dan rasa nyerinya lebih intens.

Bisa jadi, Bunda akan diminta untuk mengonsumsi obat pereda sakit seperti paracetamol dan ibuprofen.  

Pada Bunda yang baru pertama kali melahirkan, rasa nyeri dan kram perut yang dirasakan tidak seintens Bunda yang sudah melahirkan dua kali atau lebih.

Saat melahirkan pertama kali, kondisi otot-otot rahim masih lentur dan kuat sehingga kontraksinya tidak menimbulkan rasa nyeri yang intens.

Ini berbeda dengan Bunda yang melahirkan anak kedua, ketiga, dan seterusnya, karena otot-otot rahimnya cenderung sudah tidak sekuat dan selentur sebelumnya.

Jika Bunda tidak mengalami rasa nyeri ini walau melahirkan anak ketiga misalnya, tak perlu cemas. Karena tak semua ibu baru melahirkan yang mengalami rasa nyeri intens ini.

Kram perut dan rasa nyeri yang intens juga umumnya muncul saat Bunda sedang menyusui bayi. Kondisi ini dipicu oleh meningkatnya produksi hormon oksitosin saat menyusui, yang membuat otot-otot rahim berkontraksi lebih kuat. 

Gangguan yang Menghambat Involusi Uterus

rahim robek saat melahirkan

Jika berlangsung dengan normal dan tidak ada masalah, involusi uterus akan berlangsung selama enam minggu. Namun ada kasus-kasus jumlah frekuensi kontraksi otot-otot rahim yang berlangsung tidak seperti yang diharapkan. 

Beberapa hal yang membuat kontraksi otot-otot rahim melambat dan mengganggu proses involusi uterus, yakni: 

  • retensi plasenta (plasenta dan sisa-sisanya tidak otomatis keluar dari rahim)
  • endometritis (infeksi rahim)
  • mioma uteri (tumbuhnya daging di rahim atau di luar rahim)

Akibat proses involusi uterus terganggu, maka rahim tidak bisa menyusut dan mengencang sehingga menjadi lembek, fundus rahim masih tinggi.

Dan cairan nifas (lochea) akan keluar dalam jumlah banyak dengan aroma yang tidak sedap. Dalam kondisi yang lebih serius, dapat terjadi perdarahan dan peradangan.

Dokter akan segera mengambil tindakan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut sehingga involusi uterus dapat kembali berlangsung normal. 

Setelahnya, langkah yang diambil untuk melanjutkan involusi uterus adalah terapi oksitosin yang dapat memicu kontraksi otot-otot rahim, sama seperti saat menyusui.

Walau tak mengharapkan gangguan involusi uterus ini terjadi, tapi tak ada salahnya Bunda bersiap-siap. Perkaya pengetahuan Bunda mengenai involusi uterus dengan berkonsultasi dengan dokter kandungan, bidan, dan ahlinya di bidang medis. 

Sumber:

Sulistiana, Mega P., et al (2021). The Effect of Oxytocin and Endorphin Massage to Uterine Involution in Post-Partum Mothers: A Literature Review. KnE Life Sciences / The 4th International Virtual Conference on Nursing / Pages 680-688.

NCBI. 2020. Physiology, Postpartum Changes

Lyon, Deborah S. (2004). Postpartum Care. Gynecology & Obstetrics Volumes 1-6, 2004 Edition. Vol 2, Chaps 70, 90; Vol 6, Chap 95. 

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *