11 Jenis Obat yang Harus Dihindari Ibu Hamil

Menjaga kesehatan dan tumbuh kembang janin merupakan tugas ibu hamil. Perlu Bunda sadari bahwa kini apapun yang Bunda konsumsi akan turut dikonsumsi oleh sang buah hati dalam kandungan. 

Kesehatan Bunda tentunya ditunjang dari apa yang Bunda makan hingga obat dan suplemen yang Bunda konsumsi. Namun, sejak diketahui Bunda hamil maka Bunda harus memperhatikan jenis obat-obatan yang akan dikonsumsi. Obat-obat ini bisa berdampak buruk bagi janin di kandungan. Apa saja obat yang harus dihindari ibu hamil? Berikut daftarnya:

Kloramfenikol

Merupakan antibiotik yang diberikan kepada pasien dengan cara disuntik atau diminum. Antibiotik ini diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Obat jenis ini merupakan obat yang harus dihindari saat hamil karena dapat melewati plasenta dan menyebabkan kelainan darah pada bayi dan gray baby syndrome (kulit bayi yang lahir berwarna keabu-abuan dan mengalami kesulitan/ gangguan pernapasan, perut menjadi membesar (distensi), detak jantung tidak teratur, dan menolak menyusui.)

Primakuin

Obat jenis ini biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit malaria. Obat ini juga telah terbukti dapat melewati plasenta. Menurut TGA (Therapeutic Goods Administration) obat ini termasuk dalam Kategori D, yakni telah terbukti menyebabkan, diduga menyebabkan atau memiliki potensi menyebabkan kelainan pada perkembangan pada janin.

Sulfonamid

Sulfonamide seringkali dikombinasikan dengan trimetroprim dan digunakan sebagai antibiotika untuk mengatasi infeksi bakteri selama kehamilan. Salah satu contoh penggunaannya adalah pada kasus pengobatan MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus). Penggunaan pada trimester pertama kehamilan dapat meningkatan risiko terjadinya anensefali (tidak terbentuknya tempurung kepala) dan obstruksi pada aorta (LVOT) sebesar 3 kali lipat. Di samping itu juga, dapat meningkatkan risiko terjadinya atresia choanal sebesar 8 kali dan risiko hernia diafragmatika sebesar 2 kali. 

Tetrasiklin

Tetrasiklin tidak digunakan lagi pada ibu hamil, karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna pada gigi janin menjadi kuning-kecokelatan, terutama bila diberikan setelah usia 25 minggu kehamilan. 

NSAID (Non streoidal anti inflammatory drugs)

Obat-obatan yang termasuk dalam golongan NSAIDs adalah aspirin, ibuprofen serta indometasin. Aspirin memang tidak menyebabkan peningkatan risiko untuk terjadi kelainan kongential terutama pada dosis rendah. Dosis tinggi aspirin harus dihindari, terutama pada kehamilan trimester ketiga karena dapat menyebabkan penyumbatan pada duktus arteriosus.

Indometasin dan ibuprofen bila digunakan pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan timbulnya konstriksi duktus arteriosus, yang nantinya akan menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal pada janin. Indometasin juga dapat menyebabkan menurunnya produksi urine janin sehingga akan menurunkan jumlah cairan ketuban.

● Obat-obatan anti kejang (anti epilepsi)

Secara pragmatis, semua jenis obat anti kejang (anti epilepsi) tidak dikategorikan aman untuk kehamilan. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati sakit epilepsi telah dibuktikan atau dicurigai meningkatkan risiko terjadinya kelainan janin. Secara tradisional, wanita dengan epilepsi harus mengetahui bahwa terdapat risiko kelainan janin yang meningkat hingga dua atau tiga kali lipat.

Data yang lebih baru menunjukkan bahwa risikonya mungkin tidak sebesar yang diperkirakan, terutama untuk obat epilepsi yang terbaru. Kelainan yang paling sering dilaporkan adalah sumbing pada mulut dan wajah, kelainan jantung, dan defek tabung saraf. Obat anti epilepsi yang paling sering menimbulkan kelainan adalah asam valproat.

Asam valproat dapat menyebabkan risiko terjadinya kelainan kongenital mayor sebesar 9% bila digunakan pada trimester pertama, serta kelianan tabung saraf sebesar 4%. Janin yang selama di dalam kandungan terpapar dengan asam valproat, akan mempunyai nilai IQ yang lebih rendah bila dibandingkan dengan anak lainnya yang tidak terpapar asam valproat.

Thalidomide & lenalidomide

Obat jenis thalidomide dan lenalidomide sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat menyebabkan cacat janin saat lahir, terutama pada anggota gerak (phocomelia). Obat jenis ini biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit multiple myeloma (salah satu jenis kanker darah) dan erythema nodosum leprosum (ENL) atau lepra.

BACA: 10 Obat Flu Alami untuk Ibu Hamil

Flukonazol

Obat jenis ini umumnya diresepkan untuk mengobati infeksi jamur. Sebagai obat antijamur, fluconazole merupakan obat yang harus dihindari saat hamil. Penggunaan fluconazole dapat menyebabkan timbulnya kelainan bawaan sepertia Antley-Bixler sindrom. Kelainan yang termasuk diantaranya yaitu celah mulut, wajah abnormal, kelainan jantung, kelainan tempurung kepala, kelainan tulang dan sendi.

ACE-inhibitor drug (Captropil)

Obat ini juga dilarang untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. Ini merupakan obat anti hipertensi, yang dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada janin, gangguan hipoperfusi pada ginjal janin, yang nantinya akan menyebabkan terjadinya iskemik pada saluran kemih serta tidak adanya produksi urin. Penggunaan pada trimester pertama juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko kelainan jantung dan susunan saraf pusat sebesar 2 hingga 3 kali lipat.

Ribavirin

Obat ini juga dilarang untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. Ini merupakan obat anti virus yang biasanya diresepkan untuk mengobati penyakit hepatitis C. Obat ini masuk dalam Kategori X FDA, penggunaan obat ini dilarang untuk ibu hamil karena manfaatnya lebih sedikit daripada resiko yang dapat ditimbulkan setelahnya. Kelainan yang dapat ditimbulkan adalah kelainan pada kepala, kelainan langit-langit, kelainan mata, kelainan tulang serta kelainan gastrointestinal. 

Naproxen

Naproxen atau disebut juga Naproksen merupakan obat antiinflamasi yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, radang, dan demam. Namun penggunaan obat ini harus dihindari ibu hamil saat sudah memasuki kehamilan trimester ketiga. Ini karena Naproxen dapat menurunkan aliran darah ke bayi dalam kandungan.

Jangan lupa jika Bunda hendak berobat ke dokter, informasikan kondisi Bunda yang sedang mengandung. Dokter akan meresepkan obat-obatan yang aman untuk dikonsumsi ibu hamil.

Pastikan Bunda juga memeriksa kandungan dari obat yang akan Bunda konsumsi sebelum meminumnya. Jika menemukan salah satu jenis obat-obatan di atas, Bunda bisa langsung menanyakan kepada dokter kandungan. 

Sekian ulasan dan daftar jenis obat-obatan yang harus dihindari ibu hamil. Tetap sehat dan semangat menjalani kehamilan Bunda.

BACA: Daftar Obat yang Aman untuk Ibu Hamil

Sumber:

Williams Obstetric 24th editions. 

University of Michigan Health. 2020. Medicines During Pregnancy

WebMD. 2021. Medicines to Avoid When Pregnant

WebMD. 2021. Taking Medicine During Pregnancy

By dr. Andri Welly, Sp. OG

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *