Mengenal Polihidramnion dan Bahayanya bagi Bayi

Polihidramnion

Cairan ketuban adalah cairan amnion yang melindungi janin di dalam rahim ibu dari berbagai kondisi di luar rahim.  Bila cairan ini terbentuk terlalu banyak, maka kondisi ini disebut sebagai kondisi polihidramnion (polyhydramnios).

Apakah Polihidramnion Sering Terjadi?

Polihidramnion

Berdasarkan penelitian, dikatakan bahwa kondisi polihidramnion ini hanya terjadi 1-2% kehamilan. Kondisi ini bisa terdeteksi saat Bunda melakukan pemeriksaan rutin, dan biasanya terjadi di tahap akhir kehamilan. 

Bunda tidak perlu terlalu khawatir, karena biasanya kondisi ini bukan merupakan pertanda gangguan yang serius, namun memerlukan pengawasan. Seringkali Bunda akan disarankan untuk dirawat di rumah sakit untuk mencegah terjadinya komplikasi. 

Apa Gejala dari Polihidramnion?

Polihidramnion biasanya mulai terjadi pada awal trimester ketiga, dan awalnya tidak menunjukkan gejala tertentu. Yang menjadi gejala awal pada kondisi ini biasanya adalah adanya rasa yang menekan pada bagian perut. 

Kemudian diikuti dengan rasa sesak atau sulit bernapas, konstipasi, heartburn atau rasa panas di dada, kenaikan berat badan drastis, juga adanya pembengkakan pada bagian abdomen dan kaki. 

Selain itu gejala yang mungkin muncul adalah penurunan jumlah urine, rasa lelah berlebihan, juga makrosomia atau perut yang membesar. 

Apa Penyebab Polihidramnion?

Polihidramnion

Meskipun penyebab utama dari kondisi ini belum dapat dinyatakan dengan pasti, namun polihidramnion diduga dapat dipicu oleh beberapa kondisi, di antaranya:

Kehamilan kembar

Bila ada lebih dari satu janin di dalam kandungan, kemungkinan terjadinya polihidramnion menjadi meningkat, terutama bila Bunda mengandung kembar identik.

Kembar identik dapat menyebabkan terjadinya sindrom twin-to-twin transfusion (TTTS), di mana salah satu janin menerima cairan ketuban yang lebih banyak daripada yang lain, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan aliran cairan ketuban di dalam kantung ketuban. 

Chorioangioma

Kondisi ini artinya adalah terjadi pertumbuhan yang abnormal di dalam plasenta. 

Terdapat kecacatan genetik

Risiko polihidramnion banyak dihubungkan dengan kondisi genetik seperti Down’s Syndrome. Janin yang mengalami kecacatan ini memiliki kecenderungan juga memiliki cairan ketuban yang berlebihan.

Foetal anemia

Kondisi ini terjadi saat urine bayi meningkat, sehingga meningkatkan pula jumlah dari cairan ketuban.

Masalah pada saluran makanan bayi

Terkadang, penyumbatan pada saluran makanan bayi atau pada bagian ususnya bisa menyebabkan terjadinya polihidramnion.

Bila terjadi kecacatan pada tabung saraf, terjadi sumbing pada bagian bibir dan mulut, juga hydrocephalus, terjadi pula polihidramnion.

Diabetes gestasional

Bila Bunda mengidap diabetes atau mengalami diabetes gestasional, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan bayi memproduksi lebih banyak urine. Karenanya, cairan ketuban menjadi lebih banyak.

Komplikasi yang Mungkin Terjadi karena Polihidramnion

Polihidramnion

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi di antaranya:

  • Kesulitan pada saat persalinan, sehingga membutuhkan pembedahan Caesar.
  • Putusnya plasenta
  • Kantung ketuban bocor
  • Posisi lahir sungsang
  • Perdarahan pasca persalinan
  • Kematian janin (stillbirth)

Apa yang Harus dilakukan Saat Mengalami Polihidramnion?

Dokter mungkin akan merekomendasikan beberapa hal kepada Bunda untuk memonitor kondisi polihidramnion ini, di antaranya:

  • Perawatan di rumah sakit sejak sebelum tanggal persalinan
  • Pengawasan terhadap kondisi diabetes
  • Persalinan melalui induksi
  • Pemberian obat-obatan tertentu yang dapat mengendalikan jumlah cairan ketuban yang terkumpul di dalam uterus. Obat-obatan ini biasanya diresepkan pada trimester akhir kehamilan. 

Apakah Mungkin untuk Mengurangi Cairan Ketuban?

Dalam kondisi ekstrem, ada kemungkinan dokter akan melakukan tindakan untuk mengurangi timbunan cairan ketuban yang berlebihan di dalam uterus (amnio-reduction). 

Prosedur ini dilakukan dengan mengurangi cairan ketuban secara manual dengan menggunakan alat suntik dan pompa khusus, untuk mengalirkan cairan yang berlebih. Tindakan ini biasanya hanya direkomendasikan bila persalinan akan terjadi secara prematur. 

Sumber:

First Cry Parenting. 2017. Polyhydramnios.

NHS. 2020. Polyhydramnios (Too Much Amniotic Fluid).

Mayo Clinic. 2020. Polyhydramnios.

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *