Setelah melahirkan dan memiliki anak, ada ibu yang memutuskan untuk kembali bekerja dengan berbagai alasan, terutama karena alasan finansial. Kembali bekerja setelah melahirkan bisa jadi merupakan keputusan yang sulit bagi para ibu.
Banyak yang merasa bersalah karena harus berpisah dengan anak dan meninggalkannya diasuh orang lain pada periode emasnya. Belum lagi perasaan gagal menjadi ibu yang baik karena tidak bisa menjadikan anak sebagai prioritas dan lebih memilih bekerja.
Tak Perlu Merasa Bersalah, Bunda
Jika Bunda mengalami hal ini, maka Anda tak sendiri. Menurut sebuah survei di Inggris, satu dari tiga ibu merasa sangat berat untuk kembali bekerja setelah melahirkan. Alasan paling utama adalah karena sulitnya mencari pengasuh yang baik dan berkualitas untuk bayi.
Ada ibu yang merasa sulit menyesuaikan diri saat bekerja kembali karena rindu kepada bayinya, dan sebaliknya, khawatir bayinya juga kehilangan ibunya. Perasaan bersalah dan tidak nyaman juga muncul karena merasa bahwa meninggalkan bayi untuk pergi bekerja akan membawa pengaruh tak baik bagi perkembangannya.
Padahal, tak ada bukti ilmiah bahwa meninggalkan anak untuk pergi bekerja akan membawa kerugian bagi perkembangannya. Jika anak mendapat perawatan yang baik, curahan cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, serta secara emosional disiapkan oleh orang tuanya, maka ia tetap akan berkembang dengan baik walau kedua orang tuanya pergi bekerja sehari-hari.
Hal lain yang perlu Bunda sadari adalah tidak ada seorang ibu yang sempurna. Ada masa-masanya Anda akan merasa gagal sebagai seorang ibu, tak hanya saat memutuskan untuk kembali bekerja setelah melahirkan.
Lagipula, Bunda juga merupakan seorang individu yang memiliki kebutuhannya sendiri, termasuk mempunyai karier, menikmati bekerja, dan butuh bersosialisasi dengan orang lain selain keluarga. Jangan terlalu keras pada diri sendiri ya, Bun.
Persiapkan Diri untuk Kembali Bekerja Setelah Melahirkan
Umumnya, seorang ibu siap kembali bekerja setelah 3-4 bulan melahirkan, karena waktu ini dinilai cukup untuk bagi ibu dan bayinya untuk saling mengenal dan membentuk ikatan. Baik kembali ke pekerjaan yang lama atau memulai pekerjaan yang baru, ada hal-hal yang harus Bunda persiapkan agar masa transisi menjadi lebih mudah dijalani.
Mencari pengasuh anak yang terpercaya dan berkualitas.
Hal ini mungkin yang paling membebani orang tua bekerja. Sebaiknya lakukan pencarian pengasuh anak sejak awal. Pengasuh anak sebaiknya mulai bekerja kira-kira dua minggu sebelum Bunda kembali bekerja, agar baik Bunda dan pengasuh sama-sama dapat menyesuaikan dengan rutinitas yang baru.
Jika sampai seminggu sebelum waktu bekerja Bunda belum menemukan pengasuh yang sesuai, maka coba minta bantuan keluarga untuk merawat bayi sambil tetap melakukan pencarian.
Mulailah dengan bekerja hanya tiga hari pada minggu pertama.
Bicarakan dengan atasan dan bagian HRD untuk melakukannya dengan memotong cuti tahunan. Manfaatkan hari-hari pertama bekerja ini untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai pekerjaan.
Jangan lupa berbicara dengan atasan tentang rencana kerja dan ekspektasinya terhadap Bunda setelah sekarang kembali bekerja setelah melahirkan. Dengan demikian, Bunda menjadi lebih siap untuk bekerja penuh waktu pada minggu berikutnya.
Lakukan penyesuaian menyusui
Jika Bunda memberikan ASI eksklusif untuk bayi, maka kira-kira dua minggu sebelumnya, lakukan penyesuaian kebiasaan menyusui menjadi seperti yang akan Bunda lakukan saat kembali bekerja. Yaitu pada pagi hari sebelum berangkat bekerja dan sore/malam setelah sampai di rumah. Lakukan juga penyesuaian jadwal memompa ASI.
Bicarakan juga ke atasan dan bagian HRD di kantor mengenai waktu memompa ASI dan lokasi untuk melakukannya di area kantor. Perusahaan yang baik memiliki kebijakan tentang hal ini dan dapat memberi bantuan.
Bunda sendiri harus mempersiapkan perlengkapan memompa ASI berupa pompa ASI, kantung atau botol penyimpanan ASI, serta tas yang dilengkapi dengan gel cool pack untuk menjaga agar ASI tidak rusak. Jangan lupa membawa beberapa buah breast pad untuk berjaga-jaga jika ASI bocor.
Rutinitas Bunda pun sudah harus menyesuaikan dengan rutinitas baru.
Seminggu sebelum mulai bekerja, buatlah rutinitas baru yang sama seperti saat nantinya Bunda bekerja. Lakukan sampai ke hal-hal terkecil, sehingga Bunda tak lagi kaget dan stres saat menjalani rutinitas baru sebagai ibu bekerja.
Jaga kondisi dengan mengonsumsi makanan bergizi, tambahan suplemen, dan minum air putih yang cukup. Kembali bekerja setelah melahirkan juga berpotensi membuat Bunda kecapekan, stres, dan emosional karena merasa kewalahan. Bicarakan hal ini dengan suami, keluarga, atau ke teman-teman dekat untuk mendapatkan solusinya.
Sumber:
Healthy Children. 2015. Working Mothers.
National Childbirth Trust. 2008. The Experiences of Women Returning to Work After Maternity Leave in the UK: A Summary of Survey Results.
Mayo Clinic. 2020. Maternity Leave: Tips for Returning to Work.
Mayo Clinic Health System. 2021. Returning to Work After Maternity Leave: Tips, Trick to Keep Organized, Decrease Anxiety.