Bagaimana Mengajak Ayah Ikut Mengasuh Anak?

Pulang kantor, suami bilang sudah lelah. Di akhir pekan pun, ia hanya melakukan hobinya. Lalu kapan waktu untuk mengasuh anak? Bayi memang dilahirkan oleh ibu, tetapi pengasuhan anak seharusnya menjadi tanggung jawab kedua orang tua. Meski begitu, tetap saja ada sebagian ayah yang enggan bekerja sama.

Apakah ibu juga sedang menghadapi situasi serupa? Dalam sebuah riset jika dibiarkan, keengganan ayah untuk berbagi tanggung jawab mengasuh anak ternyata dapat memicu pertengkaran rumah tangga, bahkan dapat memicu keinginan untuk berpisah.

Asal tahu saja, Ayah turut memberikan kontribusi penting bagi perkembangan anak. Pengalaman yang dialami bersama dengan ayah, akan mempengaruhi seorang anak hingga dewasa nantinya. Peran serta perilaku pengasuhan ayah memengaruhi perkembangan serta kesejahteraan anak dan masa transisi anak menuju usia remaja.

Perkembangan kognitif, kompetensi sosial dari anak-anak sejak dini dipengaruhi oleh kelekatan, hubungan emosional serta ketersediaan sumber daya yang diberikan oleh ayah.

Pada sebagian kecil ibu, kondisi ini ternyata bahkan dapat membuat mereka berpikir untuk bercerai. Namun lebih banyak dari mereka yang sudah tahu solusi-solusi yang dapat dikerjakan untuk mengatasinya. Yuk, simak! Siapa tahu bisa menjadi solusi ibu juga.

Masalah: Suami tidak melakukan lebih dari yang diminta istri

Sudut pandang istri dan suami memang berbeda dalam mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Istri sudah memiliki urutan kegiatan yang terstruktur dalam mengasuh anak dan mengurus rumah, sedangkan suami merasa sudah cukup dengan mengerjakan apa yang diminta.

Solusi: Jika memungkinkan, beritahu suami urutan kegiatan yang perlu ia kerjakan. Misalnya, jika ibu ingin ia memberi minum dan makan Si Kecil, beritahu bahwa ia perlu membuatkan susu, memberikannya pada anak, mencucikan botol atau cangkir susunya, mengambilkannya makan di piring jika anak meminta.

Begitu juga dengan aktivitas lain seperti mengambil jemuran, melipat, kemudian memasukkan pakaian ke lemari atau keranjang. Atau mengeluarkan belanjaan kemudian menatanya di dalam lemari pendingin.

Masalah: Hanya mau mengasuh anak saat tidak rewel

Sebagian suami hanya mau mendampingi Si Kecil saat ia sedang tidak rewel. Namun begitu anak menangis atau minta sesuatu yang tidak memungkinkan dipenuhi, ia lebih sering menyerahkan anak kepada istrinya.

Solusi: Berbagi tanggung jawab. Hal seperti menyusui memang hanya dapat dikerjakan oleh ibu. Namun hal lain seperti mengganti popok seharusnya dapat dikerjakan bergantian. Cara lain, saat anak rewel, ibu bisa mengambil alih anak, kemudian meminta suami melakukan pekerjaan yang sedang ibu kerjakan seperti menyetrika pakaian.

Masalah: Anak selalu diberi tontonan TV atau video

Suami merasa sudah mengasuh anak hanya dengan mengajak anak menonton TV atau video. Padahal kebijakan ibu adalah mengasuh anak tanpa melibatkan gawai.

Solusi: Di hari libur, ibu dan Ayah dapat menciptakan kegiatan di luar rumah seperti berjalan-jalan ke taman atau tempat hiburan. Dengan begitu, semua anggota keluarga dapat menghabiskan waktu tanpa terlalu fokus pada gawai.

Masalah: Menganggap bahwa mengasuh anak hanyalah tugas ibu

Ada suami yang menganggap bahwa tugas pengasuhan itu hanya menjadi tanggung jawab ibu, sehingga tidak mau mengasuh anak.

Solusi: Ibu dapat berdiskusi kembali dengan suami bahwa anggapan ini tentu tidak tepat. Selain melahirkan dan menyusui yang  menjadi kodrat perempuan, mengurus anak dan rumah tangga seharusnya menjadi tanggung jawab berdua yang harus dikerjakan bersama-sama.

Cara Lain: Menemukan Jalan Tengah

Selain persoalan dan solusi di atas, ibu-ibu juga memberikan solusi umum lain seperti di bawah ini:

Diskusi dengan suami

Bisa jadi suami bukan tidak mau berbagi tanggung jawab, tapi belum mengerti apa yang ibu harapkan darinya. Membicarakan uneg-uneg ibu dengan suami akan membuatnya lebih memahami dan membantu meringankan pekerjaan ibu.

Tidak bergantung kepada suami

Dengan tidak bergantung pada suami, sebagian ibu merasa lebih baik karena jadi tidak berharap dan tidak merasa kecewa. Namun kondisi ini tidak selalu baik karena membuat ibu menjadi harus mengerjakan banyak hal sendiri yang seharusnya dapat dibagi.

Menghilangkan stres

Ada kalanya pertengkaran dengan suami bermula dari rasa jenuh dan lelah istri. Jika demikian, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah mengelola stres, antara lain dengan mengerjakan hobi, berjalan-jalan, atau bertemu teman.

Menemukan hal baik pada suami dan bersyukur

Beberapa istri berupaya mencegah pertengkaran dengan mencari hal-hal baik dari suaminya, dibandingkan dengan suami lain. Ada yang bersyukur karena suaminya tidak pernah marah padahal rumah tidak selalu beres. Ada juga yang bersyukur karena suami selalu dapat memenuhi kebutuhan finansial dengan baik.

Berkonsultasi dengan teman dekat atau keluarga

Menceritakan uneg-uneg kepada orang yang dipercaya dapat membantu meredakan stres. Selain itu bertukar cerita dengan teman dan mengetahui bahwa rumah tangga orang lain juga tidak bebas dari masalah dapat membantu ibu untuk lebih dapat mencukupkan diri dengan situasi yang ada.

Situasi yang dihadapi setiap pasangan dan keluarga tentu saja berbeda. Ibu dan Ayah dapat menemukan berbagai cara sendiri untuk berbagi tanggung jawab pengasuhan. Misalnya, pada hari kerja, ibu yang berperan mengasuh anak. Sementara pada hari Sabtu dan Minggu serta hari libur, giliran ayah yang bertugas mengasuh anak sehingga ibu punya waktu sendiri.

Ada juga yang membagi peran: ibu bertanggung jawab mengasuh anak, sementara ayah yang bertugas mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan saling memahami dan berbagi peran, anak akan mendapatkan perhatian dan pengasuhan yang baik tidak hanya dari ibu, tetapi dari kedua orang tua.

Tips Memaksimalkan Peran Ayah di Rumah

Yuk, Ayah, berbagi tanggung jawab mengasuh anak. Ayah dan ibu memiliki peran sama penting dalam mengasuh anak. Pembagian peran yang tepat sangat menentukan keberhasilan pola pengasuhan. Berikut ini beberapa tips untuk ayah dalam memaksimalkan perannya di rumah:

Menjadi teman bagi anak

Waktu ayah yang sedikit tentu harus dimanfaatkan dengan baik untuk menjalin relasi hangat dengan anak. Anak pada dasarnya senang bermain, jadilah teman bermain yang menyenangkan bagi anak.

Aktivitas bermain meningkatkan kualitas hubungan antara ayah dan anak. Ayah dapat memilih permainan fisik ringan, seperti menggendong, mengayun, dan mengajarkan permainan olahraga untuk anak yang lebih besar.

Beberapa permainan fisik dan motorik lebih mudah dilakukan oleh figur ayah karena, secara anatomi, ayah lebih kuat dibandingkan ibu. Ayah juga dapat menemani dan membimbing anak untuk belajar, mengerjakan tugas rumah, menonton acara favorit, membacakan dan mendongeng, serta bermain dengan memanfaatkan mainan yang ada di rumah.

Menjadi mitra dan kompak dengan ibu

Melakukan tugas merawat anak tidaklah mudah sehingga ibu memerlukan mitra yang andal untuk membantunya. Bantuan seperti menemani anak pada waktu ayah yang senggang sangat berarti untuk meringankan pekerjaan ibu.

Ayah dan ibu juga harus membuat peraturan dan disiplin yang disepakati bersama. Jika ibu bilang tidak, ayah juga mengatakan hal yang sama, begitu pula sebaliknya. Hal ini bermanfaat untuk mengajarkan anak disiplin dan patuh pada peraturan yang ada.

Meningkatkan komunikasi di rumah

Komunikasi yang baik adalah ketika seseorang mampu menjadi pendengar yang baik dan tanggap kapan harus berbicara. Ayah dapat memulai dengan aktif bertanya dan mendengarkan cerita tentang aktivitas ibu dan anak-anak di rumah. Jadi, walaupun ayah tidak berada di rumah, ayah tetap mengetahui apa yang terjadi lewat cerita dari istri dan anaknya.

Figur ayah yang sabar dan tenang mampu menjadi solusi ketika keadaan di rumah tidak kondusif. Pengendalian emosi sangat penting ketika menghadapi anak-anak, hindari lepas kontrol dengan memukul anak.

Dengan memahami perbedaan ayah dan ibu dari segi kuantitatif dan kualitatif, terlihat bahwa peran ayah dan ibu dalam pengasuhan sangat sakral dalam tumbuh kembang anak. Peran ayah yang terpenting adalah bukan berapa sering dia bersama anak, tetapi seberapa berkualitas perannya ketika berada di rumah. Anak yang sukses merupakan prestasi besar bagi orang tua.

By Nana Gerhana, M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Anak

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *