Kapan Waktu yang Tepat Berhenti Menyusui?

berhenti menyusui

Menjadi seorang ibu tentu semakin lengkap rasanya saat bisa menyusui sendiri si Kecil. Meski demikian, seiring berjalannya waktu, akan tiba saat Bunda perlu menyapih si Kecil, atau berhenti menyusui.

Apa saja saat yang menyebabkan Bunda perlu menyapih si Kecil? Lalu kapan waktu yang paling tepat untuk berhenti menyusui? 

Penyebab Berhenti Menyusui

berhenti-menyusui

Banyak Bunda yang diliputi rasa bersalah bila harus berhenti menyusui. Namun ada beberapa hal yang dapat menyebabkan Bunda berhenti menyusui, di antaranya:

Produksi ASI yang terganggu 

Masalah dalam manajemen laktasi yang tidak diatasi dapat menyebabkan produksi ASI terganggu yang kemudian diikuti dengan menurunnya produksi ASI, sehingga ibu akhirnya berhenti menyusui.

Meskipun demikian, jika usia bayi masih dalam rentang usia yang membutuhkan ASI, masalah ini dapat diatasi dengan relaktasi agar ibu dapat menyusui kembali.

Bunda hamil lagi

Direncanakan maupun tidak, kehamilan berikutnya yang jaraknya berdekatan dengan si Kecil yang masih menyusui dapat menyebabkan Bunda berhenti menyusui karena hormon kehamilan dapat mempengaruhi produksi ASI.

Namun, menyusui pada saat hamil bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Konsultasikan kepada dokter kandungan terlebih dahulu jika memutuskan untuk tetap menyusui selama hamil.

Bunda kembali bekerja

Meskipun saat bekerja Bunda dapat memerah ASI dan menjaga agar stok di rumah tetap mencukupi, kadang terjadi perubahan yang menyebabkan si Kecil malas menyusu kepada Bunda atau produksi ASI menurun.

Hal itu dapat dicegah dengan cara tetap menyusui secara langsung saat Bunda berada di rumah terutama pada malam hari, dan rutin memerah ASI saat Bunda berada di tempat kerja. 

Si Kecil semakin besar

Dengan meningkatnya usia si Kecil, ia akan membutuhkan lebih banyak nutrisi yang tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Sebanyak 30-70% kebutuhan nutrisi si Kecil yang berusia di atas 6 bulan harus dipenuhi dari makanan pendamping ASI (MPASI).

Kapan Waktu yang Paling Pas untuk Berhenti Menyusui?

berhenti-menyusui

Menurut rekomendasi pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI, WHO, juga American Academy of Pediatrics (AAP), masa ASI eksklusif adalah sejak si Kecil dilahirkan hingga usianya mencapai 6 bulan. 

Setelah itu, Bunda disarankan untuk melanjutkan pemberian ASI, setidaknya sampai usia 2 tahun. Proses menyapih sudah boleh dilakukan sejak si Kecil berusia 6 bulan, di saat dirinya mulai makan makanan padat. 

Dalam praktiknya, banyak sekali variasi yang dapat terjadi. Setelah si Kecil mendapatkan MPASI, sebagian dari mereka ada yang masih terus ingin menyusu, tetapi ada juga yang mulai berkurang minatnya. 

Meski demikian, tidak ada waktu yang sama untuk setiap Bunda dan si Kecil untuk menentukan saat yang paling pas untuk berhenti menyusui. Semua tergantung situasi dan kondisi. 

Bagaimana agar Proses Menyapih Lancar?

Ingatlah bahwa Bunda perlu melakukan proses berhenti menyusui secara bertahap agar si Kecil tidak rewel maupun trauma. Cobalah langkah-langkah berikut:

Mulailah dengan mengurangi frekuensi menyusui, lalu bertahap ke durasi menyusuinya

Contohnya, jika si Kecil biasanya menyusu 5 kali sehari, Bunda dapat menguranginya menjadi 3-4 kali, diselingi dengan pemberian makanan padat.

Kemudian, secara perlahan, kurangi durasi menyusuinya, misalnya dari 30 menit menjadi 20-15 menit. Begitu seterusnya sampai Bunda bisa benar-benar berhenti menyusui.

Alihkan perhatiannya

Terkadang si Kecil ingin menyusu bukan karena merasa lapar, Bun, tetapi untuk bermanja-manja. Saat Bunda berusaha menyapihnya, cobalah untuk mengalihkan perhatiannya dengan mengajaknya bermain, memberikan camilan, dan sebagainya.

Lakukan dengan cara halus

Jangan memaksa berhenti menyusui misalnya dengan memberikan pahit-pahitan pada puting untuk membuat si Kecil tidak mau menyusu. Hal ini akan menyebabkan si Kecil trauma dan lebih emosional.

Jangan juga menyapih si Kecil di saat ia sakit atau saat terjadi perubahan besar di rumah.

Ajak berkomunikasi

Sambil bermain atau meninabobokan si Kecil, cobalah untuk menjelaskan kepada si Kecil kalau dirinya sudah makin besar, sehingga sudah tidak lagi perlu menyusu kepada Bunda. 

Libatkan Ayah dalam proses menyapih

Ayah sebaiknya terlibat dalam proses menyapih. Ayah dapat mengambil alih rutinitas si Kecil menjelang tidur untuk membiasakan dirinya untuk tidak lagi menyusu sebelum tidur.

Apa yang Terjadi Saat Bunda Berhenti Menyusui?

Berhenti menyusui adalah sebuah perubahan besar yang tidak saja dirasakan oleh si Kecil, tetapi juga berpengaruh pada Bunda, di antaranya:

  • Hormon di dalam tubuh juga akan ikut berubah sejak Bunda mulai menyapih si Kecil. Kadar hormon oksitosin dan prolaktin akan menurun, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh. Perubahan ini kadang menyebabkan perubahan kondisi psikologis pada Bunda, seperti merasa sedih, merasa bersalah, depresi, juga muncul mood swing
  • Payudara akan terasa mengencang dan nyeri selama beberapa waktu, karena ASI yang masih terus diproduksi. Agar rasa nyeri ini tidak berlebihan, lakukan proses penyapihan secara perlahan dan tidak tiba-tiba. 
  • Siklus menstruasi biasanya akan kembali teratur saat Bunda menyapih.
  • Sebagian Bunda mengalami kenaikan berat badan setelah menyapih. Hal ini disebabkan asupan kalori tambahan yang biasanya Bunda konsumsi selama masa menyusui belum menurun. Setelah mulai masa menyapih, Bunda juga mulai perlu mengurangi porsi asupan sehari-hari. 

Seorang Bunda biasanya tahu apa yang terbaik untuk si Kecil. Dalam hal berhenti menyusui pun penting bagi Bunda untuk mengikuti insting dan tidak perlu terburu-buru menyapih jika memang itu yang terbaik untuk bayi.

Sumber:

Kementerian Kesehatan RI. Cara Menyapih yang Baik.

First Cry Parenting. 2018. When and How to Stop Breastfeeding a Baby.

NHS. 2020. How to Stop Breastfeeding.

By dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp. GK

Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Konselor Laktasi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *