Bagaimana Melakukan Diet Alergi Saat Menyusui

diet alergi

Masalah intoleransi makanan (food intolerance) atau alergi terhadap bahan makanan tertentu saat ini semakin banyak dialami dan diperbincangkan banyak orang. Jumlah orang yang mengalaminya pun makin meningkat, bahkan diperkirakan mencapai sekitar 2-20% orang di seluruh dunia. 

Karena kondisi inilah, maka muncul sebuah pola makan atau diet yang mengakomodir masalah ini, yang dinamakan dengan Diet Eliminasi atau Diet Alergi.

Baca terus paparan berikut ini, terutama untuk Bunda yang ingin menerapkan diet alergi saat menyusui, untuk mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. 

Apa itu Diet Alergi?

diet alergi

Diet alergi adalah sebuah metode dalam pola makan sehari-hari yang menghilangkan salah satu makanan yang dianggap menyebabkan reaksi alergi dalam tubuh. 

Setelah beberapa waktu, makanan-makanan ini akan dicobakan kembali untuk dikonsumsi, untuk melihat apakah masih menimbulkan reaksi tertentu di dalam tubuh, seperti eksem, gatal-gatal pada kulit, ruam, kembung, rasa begah di dalam perut, diare, konstipasi, mual, dan sebagainya. 

Dalam penerapannya, diet alergi ini kadang terasa cukup sulit, karena adanya keharusan untuk menghilangkan salah satu jenis makanan secara total. Sebagai contoh adalah produk olahan susu. 

Produk olahan susu sangat banyak digunakan sebagai salah satu bahan makanan, sehingga untuk sebagian orang, mencari makanan yang benar-benar tidak menggunakan produk olahan susu di dalamnya cukup sulit dan mahal.

Untuk bisa menjalankan diet ini, pendampingan oleh pakar nutrisi sangat diperlukan agar hasil yang dicapai optimal. 

Apakah Diet Alergi Menimbulkan Risiko?

diet alergi

Diet alergi bukanlah metode untuk mengurangi berat badan atau yang sejenisnya. Diet ini adalah salah satu cara untuk mengetahui reaksi tubuh terhadap jenis makanan tertentu, terutama bila belum diketahui secara jelas bila seseorang alergi terhadap makanan tertentu. 

Oleh karena itu, diet alergi ini tidak boleh dilakukan dalam jangka panjang. Diet alergi hanya boleh dilakukan selama antara 4-8 minggu saja.

Eliminasi pada jenis makanan tertentu dalam waktu panjang dapat menyebabkan tubuh mengalami defisiensi/kekurangan nutrisi yang bisa mengganggu kondisi tubuh selanjutnya. 

Bahan Makanan Apa yang Dihindari dan Boleh Dikonsumsi?

Berdasarkan berbagai sumber, diketahui ada beberapa kelompok makanan yang harus dihindari saat Bunda menjalani diet alergi, di antaranya:

  • Buah-buahan sitrus: jeruk, lemon, jeruk nipis, jeruk Bali, dan sebagainya.
  • Sayuran yang termasuk kelompok nightshade yang mengandung solanine, seperti tomat, paprika, terung, kentang, cabai rawit, dan lain-lain.
  • Seluruh jenis kacang-kacangan.
  • Polong-polongan, seperti kacang polong, lentil, kacang merah, kedelai.
  • Makanan bertepung dan yang mengandung gluten, seperti gandum, jagung, havermut, roti.
  • Daging dan ikan, terutama yang diproses.
  • Susu dan produk olahan susu, misalnya keju, yoghurt, es krim.
  • Lemak, di antaranya mentega, margarin, minyak, mayones.
  • Minuman beralkohol dan yang mengandung kafein
  • Bumbu dan kondimen, seperti saus, acar, juga mustard.
  • Makanan manis, di antaranya adalah gula, madu, sirup maple, sirup jagung, agave, cokelat, dan sebagainya.

Sementara jenis makanan yang boleh dikonsumsi di antaranya:

  • Buah-buahan selain sitrus.
  • Sayuran di luar kelompok sayuran nightshades.
  • Nasi dan makanan yang terbuat dari buckwheat, seperti soba.
  • Daging kalkun, domba, ikan salmon.
  • Makanan pengganti olahan susu, misalnya santan dan susu beras (rice milk).
  • Minyak zaitun, minyak flaxseed, minyak kelapa.
  • Air dan teh herbal yang tidak mengandung kafein.
  • Merica hitam, cuka apel, oregano, thyme, dan daun bumbu lainnya.

Bagaimana Cara Melakukan Diet Alergi?

Diet alergi dilakukan dalam dua fase, yaitu fase eliminasi dan fase pengenalan kembali (reintroduction).

Fase Eliminasi

Selama 2-3 minggu, Bunda akan diminta untuk tidak mengonsumsi satu atau beberapa jenis makanan. Selanjutnya akan dimonitor kondisi yang Bunda alami untuk mengetahui jenis-jenis makanan apa saja yang diduga menjadi penyebab timbulnya alergi.

Fase Pengenalan Kembali

Pengenalan kembali satu atau beberapa jenis makanan juga harus dilakukan secara bertahap, misalnya setiap 2-3 hari, sambil diawasi apakah ada reaksi yang terjadi pada tubuh.

Setiap ada reaksi yang muncul pada fase eliminasi sebaiknya dicatat di dalam diari makanan. Jika muncul reaksi berat pada fase eliminasi seperti kesulitan bernapas karena saluran napas membengkak, jantung berdebar, atau pingsan segera ke rumah sakit.

Bolehkah Melakukan Diet Alergi Saat Menyusui?

Yang kemudian menjadi masalah berikutnya adalah saat menyusui. Bunda yang sedang menyusui perlu melengkapi kebutuhan nutrisi hariannya dengan mengonsumsi berbagai jenis makanan. 

Selama Bunda tidak melihat adanya reaksi negatif pada si Kecil saat menyusui, seperti ruam, rewel, batuk, dermatitis atopik, dan sebagainya, bisa jadi si Kecil memang tidak mengalami intoleransi atau alergi makanan. 

Namun bila muncul reaksi negatif pada si Kecil, atau Bunda punya pengalaman ada reaksi alergi makanan saat menyusui anak yang sebelumnya—maka ada baiknya Bunda segera berkonsultasi dengan dokter atau pakar nutrisi. Ini untuk mengetahui apakah Bunda perlu menerapkan diet alergi saat menyusui.

Sumber:

Healthline. 2017. How to Do an Elimination Diet and Why.

Web MD. 2020. Elimination Diet.

Breastfeeding Support. 2021. Elimination Diet.

Arvola, Taina, et al. Benefits and Risks of Elimination Diet. Annals of Medicine.1999.

By dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp. GK

Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Konselor Laktasi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *