Saat menyusui, ibu tidak hanya memberi makan untuk dirinya sendiri melainkan bayi yang disusuinya. Oleh karena itu perhatikan apa saja yang boleh dan tidak dilakukan selama proses menyusui.
Do’s:
- Makan cukup dan bernutrisi seimbang yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin dan mineral.
- Perbanyak cairan karena mempengaruhi jumlah ASI.
- Istirahat yang cukup.
- Menyusui bayi dengan melihat tanda lapar yang ditunjukkan bayi, jangan menunggu sampai menangis. Biasanya sebagai pertanda lapar di awal adalah bayi akan mengecap-ngecapkan mulut dan memonyongkan bibir. Pertanda berikutnya, bayi akan memasukkan tangan ke mulut dan mengisapnya. Bila tanda ini diabaikan, bayi akan menangis sebagai sinyal lapar paling akhir, yang menunjukkan bayi “putus asa”.
Don’ts:
- Memberikan cairan lain selain ASI dan PASI (termasuk air putih) saat masih ASI eksklusif. Namun, jika ada indikasi khusus, misalnya muntah dan diare, bayi mungkin memang harus diberikan oralit untuk mencegah dehidrasi. Lalu, dalam kondisi demam, bayi juga bisa diberi obat penurun demam. Setelah minum obat, bayi bisa langsung disusui, sehingga tidak perlu diberi air putih karena tidak ada manfaatnya.
- Menyusui dalam kondisi marah, emosi atau sedih. Sebaiknya lakukan dengan bahagia karena bisa memengaruhi jumlah produksi ASI.
- Ragu-ragu akan kecukupan ASI yang diberikan. Hilangkan keraguan dan kekhawatiran akan kualitas ASI yang Bunda miliki, karena rasa ragu, lelah, marah, moody dan emosi, akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Buktikan kecukupan ASI dengan melihat jumlah pipis, dan kenaikan berat badan bayi.
- Membatasai jenis serta jumlah makanan dan minuman ibu menyusui. Ibu menyusui boleh mengonsumsi makanan dan minuman apa pun asal tidak menimbulkan alergi pada ibu dan bayi.