Rendahnya kadar hemoglobin (hb) menimbulkan dampak yang tidak nyaman pada seseorang, terlebih-lebih pada ibu hamil. Risiko yang ditanggung, bukan hanya akan dirasakan ibu, namun juga pada janin.
Seberapa bahaya risiko ibu hamil dengan kadar hb yang rendah? Dan bagaimana mengatasinya?
Kadar Normal Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang ada di dalam sel darah merah. Protein inilah yang membuat darah menjadi merah. Pada kadar normal, hemoglobin memiliki banyak fungsi pada tubuh, seperti mengangkut oksigen dan karbondioksida.
Kadar hemoglobin seseorang ditentukan oleh usia dan jenis kelamin. Pada wanita, kadar normal hemoglobin berkisar antara 12-15 g/dl, dan pada laki-laki 13-17 g/dl.
Pada ibu hamil, kadar hemoglobin bisa turun menjadi 105 g/dl.
Penyebab Hb Rendah Saat Hamil
Faktor-faktor seperti kehamilan kembar, pola makan yang tidak sehat, dan juga latar belakang anemia sebelum hamil, dapat menyebabkan kekurangan sel darah merah saat hamil. Hal lainnya yang menyebabkan anemia adalah:
Kekurangan zat besi
Ibu hamil mengalami anemia pada saat tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin.
Kekurangan folat
Tubuh membutuhkan folat untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel darah merah. Saat hamil, ada kalanya wanita tidak dapat memenuhi kebutuhan folat yang cukup yang akhirnya membuat tubuh tidak dapat menghasilkan sel darah merah yang cukup.
Kekurangan vitamin B12
Vitamin B12, berfungsi untuk membantu tubuh membentuk sel darah merah. Kekurangan asupan vitamin B12 menyebabkan ibu hamil mengalami anemia.
Risiko Hb Rendah Saat Hamil
Kadar hemoglobin rendah menandakan tubuh mengalami anemia. Pada ibu hamil, anemia normal terjadi. Namun, bukan berarti ibu tidak perlu mawas diri. Ibu hamil memerlukan lebih banyak darah untuk mendukung pertumbuhan janin.
Hb rendah saat hamil menyebabkan ibu tidak dapat memproduksi sel darah merah yang berguna untuk pembentukan darah. Akibatnya bukan hanya dirasakan oleh ibu, namun juga bagi pertumbuhan janin.
Hb rendah saat hamil meningkatkan risiko kelahiran prematur dan juga berat badan lahir rendah pada bayi. Anemia juga meningkatkan risiko postpartum depression, bayi dengan anemia, anak dengan keterbelakangan mental, bahkan kematian bayi.
Dengan bahaya tersebut, Ibu disarankan untuk waspada terhadap gejala anemia. Ibu dengan anemia akan mengalami gejala berwajah pucat, merasa lelah dan lemah, pusing, napas pendek, detak jantung tidak teratur, dan sulit konsentrasi.
Mengatasi Anemia Saat Hamil
Untuk menghindari terjadinya anemia, Ibu perlu memastikan asupan zat besi selama hamil yaitu sebanyak 27 mg zat besi setiap harinya. Beberapa hal berikut dapat membantu tercukupinya kebutuhan zat besi ibu hamil:
Minum suplemen
Ferrous sulphate adalah suplemen zat besi yang biasanya dikonsumsi oleh ibu hamil. Suplemen ini diminum 2-3 kali sehari.
Namun, ada efek samping dari penggunaan suplemen ini, yaitu sakit perut, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati, mual, dan tinja yang berwarna gelap.
Konsumsi makanan mengandung zat Besi
Mengatur pola makan yang benar adalah cara mudah dan tanpa efek samping guna mendapatkan asupan zat besi.
Ibu dapat mencoba kombinasi makanan berikut setiap harinya: ikan-daging merah-ayam, sayur berwarna hijau gelap, kacang-kacangan dan biji-bijian, sereal yang telah difortifikasi zat besi, tahu dan telur.
Memenuhi kebutuhan vitamin C
Vitamin C dapat membantu terserapnya zat besi dalam tubuh. Konsumsi makanan mengandung vitamin C tinggi seperti jeruk, stroberi, kiwi, dan tomat. Lebih baik lagi, bila ibu mengonsumsi makanan dengan kadar zat besi dan vitamin C yang cukup.
Sumber:
Alodokter. 2010. Gejala Anemia pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasinya.
Web MD. 2020. Anemia in Pregnancy.
Medicine Net. Anemia During Pregnancy.